18 Feb 2016

Bolehkah Aku Katakan Cinta Tuhan ?

          Sesungguhnya yang mendatangkan rasa cinta ini, yang mendatangkan rasa kagum ini, yang memekarkan hati ini adalah dari-Nya. Sungguh aku hanya bisa menerimanya. Aku hanya bisa pasrah tertegun tak bisa mengelak atas perasaan ini padamu.

Tertegun dalam keindahan akhlakmu. Tertegun dalam manisnya lisanmu. Tertegun dalam tenangnya pandanganmu. Dan tertegun pula dalam kesejukan nasehatmu. Semua begitu sempurna, sungguh sempurna. Sesempurna sesuai firman-Nya.

Aku yang mengagumimu dalam diam. Utuh tak tersentuh. Seperti mentari yang menyapa bunga-bunga bermekaran. Tak pernah menyentuh namun cintanya terasa bagi kuntum-kuntum bunga yang sedang bermekaran itu.

Karena aku mengagumi maka izinkan aku tak mengusik khusyunya ibadahmu. Izinkan aku tak mengusik ketenangan hatimu. Tak mengapa aku tak bertegur sapa denganmu. Cukuplah bagiku menyapamu dalam doa-doaku.

Cukuplah bagiku tersenyum lezat melihatmu bahagia. Cukuplah bagiku menyebut namamu dalam hamparan sajadahku.

Aku yang tersentuh akhlak muliamu, aku yang terkagum lekat dalam sikapmu, mencintaimu dalam diam mungkin lebih baik bagi diriku dan dirimu. Lebih mulia bagi perasaanku dan perasanmu. Lebih menjaga kehormatanmu. Lebih menjaga kemuliaanmu. Maka izinkan aku, hai engkau yang begitu mulia, izinkan aku mencintaimu dalamn keikhlasan karena aku tak pernah tau apakah engkau yang tercatat dalam lauful mahfudz untukku?

Karena aku tak pernah tau adakah balasan darimu untukku. Biarlah kuasa Allah yang menggerakan hatimu untukku.

Bukan karena mencintaimu dengan diam aku akan menderita. Bukan karena mengagumimu dengan diam aku akan merana.

Namun, ketika ku artikan cinta itu pada sisi kehadiran dan kebersamaan denganmu. Maka itu lah penderitaan yang sesungguhnya.

Aku yang mencintaimu dari kejauhan. Walaupun sungguh aku merasa sangat dekat denganmu.

Biarlah aku dekap rapat perasaanku ini. Biarlah aku tutup rapat hingga Allah mengizinkan pertemuan kita. Namun jika memang engkau bukan tercatat untukku. Jika memang engkau hanya hiasan duniaku yang sementara, sungguh aku yakin Allah akan menghapus cinta dalam diamku padamu. Allah akan menghilangkan perasaanku untukmu. Dia akan memberikan rasa yang lebih indah pada orang yang paling tepat. Begitulah kuasa-Nya. Begitulah Dzat yang membolak-balika n hati hamba-Nya.

“Ketika aku tak lagi terkagum denganmu, maka pahamilah jejakku.. Karena mungkin, aku pernah menulis tentangmu dan meyapa namamu dalam tiap untaian doaku”

Pemuda Modal Kemajuan Bangsa

Peran Pemuda dalam pertahanan suatu bangsa merupakan suatu keniscayaan dan sangat strategis. Sebagai bagian dari komponen bangsa yang sangat potensial, pemuda memiliki posisi yang strategis dan berada di garda paling depan, dalam mengakomodasikan tumbuhnya kader-kader pemimpin bangsa pada berbagai sektor kehidupan nasional. Sebagai bagian dari potensi bangsa, maka pemuda harus mampu berkiprah untuk menghadapi tantangan global.

Dalam catatan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, peran pemuda demikian sangat menonjol. Bahkan Presiden RI pertama, Ir. Soekarno pernah mengatakan : “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. 

Harus kita akui bahwa setiap perubahan besar yang terjadi di bumi pertiwi ini selalu dimotori oleh gerakan pemuda, misalnya; perang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, lahirnya budi utomo pada era kebangkitan   nasional  Tahun 1908, lahirnya sumpah pemuda 1928, perang untuk mempertahankan kemerdekaan dari penjajah yang berambisi untuk menjajah kembali, gerakan anti KKN dan lahirnya era Reformasi dan lain sebagainya.

Berdasarkan fakta sejarah tersebut, dapat dikatakan bahwa pemuda memiliki peran yang penting terhadap eksistensi dalam kehidupan nasional bangsa Indonesia, termasuk dalam pertahanan bangsa. Pemuda merupakan bagian integral dari pertahanan bangsa, sehingga peran aktifnya tidak mungkin diabaikan. Pemuda yang kuat berdaya saing, berwawasan, cerdas dan berkepribadian merupakan salah satu modal utama terwujudnya ketahanan nasional yang tangguh. 

Dalam konteks pembangunan karakter bangsa yang berdaya guna bagi terwujudnya ketahanan nasional yang tangguh, maka pemuda harus berperan, pertama, sebagai pembangun kembali karakter bangsa (Character Builder). Dengan semangat dan kerja keras maka pemuda-pemudi Indonesia harus menjadi motor penggerak bangsa untuk membangun kembali jati diri dan karakter bangsa yang telah luntur, sehingga mampu bersaing dengan bangsa lainnya.

Kedua, Sebagai pemberdaya karakter bangsa (Character Enabler). Generasi muda menjadi role model dari pengembangan karakter bangsa yang penuh inisiatif dan akomodatif dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa, untuk mengatasi setiap permasalahan bangsa. Generasi muda harus mampu memberdayakan dan menghidupkan kembali nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, keramah-tamahan sosial, dan rasa cinta tanah air yang merupakan kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa Indonesia. 

Ketiga, Sebagai perekayasa karakter bangsa (Character Enginer). Generasi muda dengan cita-cita dan energitas yang tinggi harus mampu mengaplikasikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk merevitalisasi jati diri dan karakter bangsa agar senantiasa relevan dengan perkembangan jaman.

Pembangunan karakter bangsa Indonesia menuju bangsa yang mandiri dalam menghadapi era globalisasi tentunya harus tetap berfokus pada penanaman nilai-nilai Pancasila terhadap generasi muda penerus bangsa yang secara aktif dilakukan oleh seluruh komponen bangsa bekerjasama dengan pemerintah. Melalui pembangunan karakter bangsa seperti itulah, maka ketahanan nasional bangsa Indonesia akan semakin tangguh menghadapi berbagai tantangan global dewasa ini.

Sejarah juga mencatat bahwa kemanunggalan seluruh komponen bangsa termasuk didalamnya para pemuda merupakan strategi dan kekuatan ampuh dalam menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa. Kebersamaan di antara semua komponen bangsa akan menjadi modal utama dan pondasi bagi upaya mewujudkan stabilitas nasional. Dengan terciptanya sinergitas, yang kokoh kuat di antara seluruh komponen bangsa, niscaya segala tantangan dapat dihadapi dengan baik.

Oleh karena itu, semangat kebersamaan, kekeluargaan dan sinergitas  yang telah terbangun dengan baik selama ini tentunya harus terus dipelihara dan ditingkatkan. Kita semua harus menumbuhkan kemauan dan kesadaran bersama untuk saling bersinergi dan membangun interoperabilitas. Kita tidak boleh mengandalkan ego sektoral, merasa paling hebat dan paling berperan.

Semua pihak, harus lebih mengutamakan kepentingan masyarakat, berpikir untuk kepentingan yang lebih luas, kepentingan umum, masyarakat, bangsa dan Negara, sehingga mampu membawa bangsa ini menjadi lebih baik, aman dan maju. Pepatah  mengatakan “Berikan semua yang bisa kau berikan,“ dan bukan “Dapatkan semua yang bisa kau dapatkan“.