BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Diawali
dari pengetahuan manusia terhadap realitas, merupakan bukti bahwa kecenderungan
dalam mencari serta menemukan kebenaran sebagai media dalam mencapai tujuan
adalah fitrah manusia.
Perjuangan
politik setidaknya memiliki beberapa kandungan signifikan yang menjadi landasan
bagi “gerakan” yang akan dilakukan, yaitu;
1)
Iman atau keyakinan yang teguh.
2)
Ilmu yang cukup.
3)
Ideologi yang jelas.
4)
Organisasi yang baik, rapi dan disiplin.
5)
Strategi dan taktik yang tepat, serta.
6)
Kemampuan teknis dan teknologis yang
memadai.
Beberapa
hal tersebut di atas yang akan bersama-sama kita fahami. Mengingat pentingnya
bekal bagi seorang kader HMI dalam melaksanakan perjuangan Ideologi, Politik
Organisatoris, strategi dan taktiknya kelak. Maka untuk mencapai Harapan bangsa
ini HMI juga ikut serta dalam memperjuangkan Martabat Bangsa Indonesia yang
majemuk ini. Sehingga didalam Organisasi HMI sendiri memerlukan IDEOPOLITOR
STRATAK ( Ideologi, Politik, Organisatoris, Strategi dan Taktik) supaya HMI dapat
memposisikan dirinya dalam memperjuangkan Martabat bangsa.
- Rumusan Masalah
1.)
Bagaimana mengembangkan Ideopolitorstratak
HMI dalam mengembangkan Intelektual Kader?.
2.)
Apakah Ideopolitorstratak HMI sekarang
masih bisa diaplikasikan untuk
memperjuangkan martabat bangsa?.
3.)
Peranan apakah yang dilakukan oleh kader
- kader HMI dalam Memperjuangkan
martabat Bangsa?.
- Tujuan Penulisan
1.)
Memperkenalkan Peranan
Ideopolitorstratak HMI dalam sebuah kancah dunia perubahan yang positif
terhadap perubahan bangsa Indonesia sendiri.
2.)
Menjadi pedoman serta referensi bagi
kader – kader HMI untuk membangun dunia Intelektual muda di Indonesia.
3.)
Menjalankan Roda Organisasi HMI, kembali
kepada Khitahnya HMI yang sesuai Ajaran Islam sebagai agama Rahmatan Lil’alamin
yang selalu mengajar kebenaran baik dari Aspek keummatan maupun kebangsaan.
4.)
Selalu mengamalkan dan membawa visi dan
msi HMI didalam kehidupan sehari – hari sebagai kader yang Intelektual.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
IDEOLOGI
Ideologi
adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt
de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang
ide". Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara
memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi
dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi
politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada
seluruh anggota masyarakat. Tujuan untama dibalik ideologi adalah untuk
menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem
pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada
masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik.
Sejak
awal HMI telah mencantumkan “Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam”
sebagai salah satu tujuannya, di samping “Mempertahankan dan mempertinggi
derajat rakyat Indonesia”. Dengan demikian, Islam telah dijadikan sebagai
landasan organisasi. Dalam hal ini HMI tidak mendasarkan diri pada “mazhab”
tertentu, walau kemudian dalam pola pemikirannya HMI cenderung sebagai kelompok
intelektual muslim pembaharu.
Dari
situ HMI menuangkan pemahaman keislamannya yang tertampung dalam sebuah buku
pedoman yang diberi nama Nilai Dasar Perjuangan (NDP). NDP merupakan gambaran
bagaimana seorang HMI memahami Islam sebagaimana tercantum dalam Al-Quran.
Secara doktrin, yang terkandung dalam NDP bukanlah ajaran yang bertentangan
dengan Islam, melainkan merupakan formulasi kembali atas Al-Quran sehingga
tertuang menjadi suatu kepribadian bagi kader HMI dalam mewujudkan amanat Tuhan
sebagai khalifah fil-ardhi.
NDP
adalah landasan ideologis perjuangan HMI, sebagai ruh yang mendorong moral
pergerakan kader. Pemahaman terhadap NDP diharapkan dapat menumbuhkan
kepercayaan diri kader akan keyakinan ilahiahnya, membangun semangat humanisme
dalam interaksi dengan sesama manusia, dan sebagai sumber nilai moral yang
mengiringi ilmu pengetahuan untuk diabdikan bagi kemanusiaan. Dengan demikian
nilai-nilai NDP bisa menjadi identitas yang khas bagi kader-kader HMI.
Sehingga
Ideologi HmI yang dibawa didalam diri kader – kadernya yang selalu senantiasa
untuk memperjuangkan Agama Islam dan Meningkatkan Martabat bangsa Indonesia.
Selama ini HMI dikenal dengan tradisi pembaharuannya. Dalam pembaharuan akan selalu
ada kritik dan otokritik terhadap segala sesuatu yang ada. Hal ini memungkinkan
adanya perbaikan dan pengembangan ke arah yang lebih baik.
Meskipun
NDP berpretensi ideologis, NDP tidak boleh diperlakukan sebagai dogma yang
taken for granted oleh kader-kader HMI. NDP bagi HMI tidaklah sama dengan
al-Quran bagi umat Islam. Bagaimana pun NDP adalah buatan manusia. Karena itu
meskipun perumusannya didasarkan pada wahyu yang bersifat mutlak, NDP tak lebih
dari sekadar hasil interpretasi manusia yang nilai kebenarannya relatif.
NDP
bolehlah dikatakan sebagai satu usaha berupa landasan filosofis untuk mencapai
Yang Mutlak, Kebenaran, yaitu Tuhan itu sendiri. Keberadaan NDP harus disikapi
secara kritis. Cak Nur sendiri, selaku salah seorang perumus NDP, ketika
ditanya apakah NDP masih relevan dengan kondisi sekarang ataukah perlu diganti,
mengatakan bisa saja, asal tingkat intelektualitasnya tidak lebih rendah dari
yang ada sekarang.
Ideologi
adalah landasan gerak, dalam arti yang lebih luas ideologi dapat dikatakan
sebagai seperangkat nilai-nilai berdasarkan pandangan dunia (pandangan hidup)
untuk mengatur kehidupan Negara dalam segi-seginya dan yang disusun dalam
sebuah konstitusi berikut peraturan-peraturan dan implementasinya.
Pada
wilayah ideologi, Tauhid jelas haruslah menjadi dasar utamanya (sumber).
Bagaimana pemahaman kader maupun manusia secara umum tentang Tauhid menjadi
dasar dari epistemologinya. Sehingga dengan pengetahuan yang bersumber dari
Tauhid tersebut akan dapat menghasilkan pandangan dunia yang objektiv.
Selanjutnya pandangan dunia atau cara memahami realitas tersebut yang nantinya
sebagai perangkat ideology. Jika lebih disederhanakan lagi, ideologi sangatlah
penting dalam perjuangan politik, sebab ideology sebagai landasan setiap gerak
yang akan diaktualisasikan.
Saat
ini kita tahu bahwa terdapat banyak sekali ideologi raksasa yang dengan segala
varianya juga memiliki orientasi dalam pencapaian tujuan (liberalism,
kapitalisme, sosialisme dll). Maka sebagai landasan gerak yang universal dan baku
Tauhid adalah rujukan atau sumber utama ideologi yang jelas, permanent dan
selalu relevan.
B.
POLITIK
ORGANISATORIS
Politik
secara bahasa Arab disebut “Siyasyah”
yang kemudian diterjemah menjadi siasat, atau dalam bahasa bahasa Inggrisnya “Politics”.
Pada dasarnya mempunyai ruang lingkup Negara, karena teori politik mempengaruhi
hidup masyarakat, jadi negara dalam keadaan bergerak. Politik adalah suatu
disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri tetapi juga seni, dikatakan
sebagai seni berapa banyak kita melihat politikus yang tanpa pendidikan ilmu
politik, tetapi mampu berkiat memiliki bakat yang dibawa sejak lahir dari
naluri sanubarinya. sehingga dengan kharismatik menjalankan roda politik
praktis.
Menurut
Robert A. Dahl:
”Political science is, of coure, the study of
politics. One might better say, it is the systematic study of politics, that is
an attempt by systematic analysis to discover in the confusing tangle of
spesific detail what ever principles may exist of wide and more general
significance”
Maksudnya
Ilmu politik adalah sdah barang tentu pelajaran tentang siasat, atau lebih baik
pula dikataka, hal ini sabagai pelajaran terinci dari berbagai cara yaitu usaha
pembahasan yang teratur untuk menemukan pencegahan keningungkan yang kacau
dalam pengertian yang lebih luas.
Politik
secara sederhana dapat kita artikan sebagai suatu media untuk mencapai maksud
atau tujuan. Politik merupakan pengetahuan terapan, di mana dengan pengetahuan
politik maksud serta tujuan yang akan dicapai dapat diperjuangkan melalui
perjuangan politik dengan menggunakan ilmu pengetahuan politik. Tentu saja di
dalam politik tersebut masih membutuhkan banyak pengetahuan terapan yang lain,
yaitu strategi dan taktik.
Di dalam
Islam, system politik terdiri atas tiga prinsip pokok, Tauhid, Risalah dan
Khilafah. Prinsip yang pertama termanifestasikan dalam pembahasan kita yang
pertama mengenai ideology. Begitu juga dengan prinsip yang ke dua, selain
termanifestasikan dalam ideology juga termanifestasikan melalui aturan-aturan
serta tuntunan-tuntunan yang membatasi kekuasan seorang khilafah. Sedangkan
sebagai khilafah, setidaknya manusia memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
- Pemilik dari bumi sepenuhnya adalah tetap Tuhan, bukan wakil-Nya yang bertugas mengelola.
- Pengelola itu akan mengelola milik Tuhan sesuai dengan instruksi-instruksinya (pemahaman kita terhadap tauhid yang termanifestasikan sebagai ideologi).
- Pengelola milik Tuhan akan akan melaksanakan kekuasannya dalam batas-batas yang telah ditetapkan Tuhan atas dirinya.
- Dalam mengelola itu, ia akan melaksanakan melaksanakan kehendak Tuhan, bukan kehendaknya sendiri (kemerdekaan individu, keharusan universal dan tetap bertitik tolak dari Tauhid).
Secara
singkat politik adalah untuk kekuasaan, sebab hanya dengan kekuasanlah tujuan
dapat terwujud. Namun dengan kekuasan yang telah didapatkan nantinya, kekuasan
tersebut tetap harus dijalankan berdasarkan atas ideology yang sudah
dipilihnya. Dalam kaitanya dengan ini, politik tidak terlepas dari 4 hal; order
(susunan/pembagian, perintah), virtue (kebajikan), freedom (kebebasan
atau kemerdekaan) dan happiness / welfare (kebahagiaan dan
kesejahteraan). Kekuasaan yang diperoleh
melalui politik haruslah dapat mewujudkan empat hal tersebut di atas, jika
tidak maka kekuasaan yang ada bertentangan dengan fithrah dan tujuan kekuasaan
yang murni, tentu saja jalan yang dilalui oleh perjuangan politik adalah tidak
benar, sebab akibatnya pun tak selaras dengan tujuan idealnya.
Sebagai
organisasi mahasiswa, HMI bukan dibentuk sebagai organisasi politik, dan karena
itu tidak berorientasi pada politik. Perjuangan HMI adalah perjuangan
kebenaran, atau nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, maka HMI tetap
disebut sebagai kekuatan moral dan pantulan suara nurani masyarakat. akan
tetapi, sebagai organisasi yang telah mengalami perkembangan sedemikian rupa,
termasuk persentuhannya dengan dinamika politik bangsa, maka setiap sikap dan
perilaku HMI akan tetap mempunyai nilai dan resonansi politis. HMI yang postur
awalnya sebagai moral force mau tidak mau juga dihitung sebagai political
force. Kondisi demikian menuntuk HMI mengaktualisasi potensinya itu, baik moral
force maupun political force. Tanpa aktualisasi keduanya bukan hanya mubazir,
tetapi juga akan menyebabkan proses pembusukan secara internal. HMI juga mampu
memproduksi pemimpin bangsa yang mempunyai Strategi – strategi jitu serta
taktik dalam membangun dan memperjuang martabat bangsa Indonesia,
C.
Strategi dan
Taktik
Strategi adalah
pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan,
perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Didalam
strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi
faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara
rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan
secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang
memiliki ruang lingkup yang lebih
sempit dan waktu
yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke
dua kata tersebut. Contoh berikut menggambarkan perbedaannya, "Strategi
untuk memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu
pertandingan".
Peter Drucker, yang merupakan Profesor manajemen
pemasaran memberi pengertian kepada strategi dan taktik yaitu :
·
Strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar ( doing
the right things ).
·
Taktik adalah mengerjakan sesuatu dengan benar ( doing
the thing right ).
Disisi Lain Rasulullah SAW menyampaikan “Ilmu tanpa
amal adalah dosa, demikian pula amal tanpa ilmu.” Jika kita kaitkan dengan
perjuangan politik, maka politik adalah merupakan sebuah amal, jika tidak
disertai dengan ilmu maka akan sia-sia. Dalam sebuah perjuangan politik,
strategi dan taktik adalah ilmunya, selain landasan tauhid sebagai dasar
ideology dan juga pengetahuan mengenai ilmu politik itu sendiri.
Strategi adalah memanfaatkan pertempuran untuk
mengakhiri peperangan, taktik adalah penggunaan kekuatan untuk memenangkan
suatu pertempuran. Sedangkan menurut Mao Tse Tung strategi adalah untuk
menguasai suatu peperangan secara keseluruhan, sedangkan taktik adalah untuk
melakukan kampanye (yang merupakan bagian dari peperangan). Namun yang perlu
juga kita garis bawahi di sini adalah strategi dan taktik dalam politik tidak
dapat meliputi sampai tercapainya tujuan, sebab strategi hanya meliputi jangka
waktu tertentu. Dalam pandangan HMI, seperti yang diungkapkan oleh Dahlan
Ranuwiharjo mewakili pendidik politik di HMI, strategi adalah Bagaimana
menggunakan peristiwa-peristiwa politik dalam jangka waktu tertentu untuk
mencapai rencana perjuangan, sedangkan taktik adalah bagaiman menentukan sikap
atau menggunakan kekuatan dalam menghadapi peristiwa politik tertentu pada saat
tertentu.
- Hubungan Taktik dengan Strategi
Taktik merupakan bagian dari strategi. Maka dalam hal
ini, taktik harus tunduk kepada strategi yang ada.
a)
Jika semua taktik berhasil maka strateginya berhasil.
b)
Jika Semua taktik gagal maka strateginya gagal.
c)
Jika salah satu taktik gagal, maka strategi masih bias
berhasil dengan syarat taktik yang lainnya berhasil, dan bersifat strategis.
d)
Jika Sebagian taktik berhasil namun sebagian taktik
strategis yang lain gagal, maka strategi gagal.
Taktik strategis adalah taktik mengenai suatu kejadian
politik, namun kejadian itu menentukan bagi seluruh rencana strategis, dengan
kata lain taktik ini adalah taktik utama/prioritas.
Stratak hanya boleh dipelajari oleh pejuang tulen yang
telah memiliki kesadaran ideologi dan organisasi serta sanggup berfikir politis
realistis. Seorang yang penakut, menghindari resiko dan lebih mengedepankan
kepentingan pribadi dari pada kepentingan perjuangan tidak usah mempelajari
strata, akan sia-sia, kasihan strataknya. Sebaliknya, orang yang yang
berkesadaran ideology serta organisasi haruslah mempelajari strategi dan
taktik, sehingga dia tidak akan sembrono dalam bergerak, tidak anarkhis, tidak
nyelonong saja serta tidak bertindak radikal ekstrem yang ngawur dan nekad.
- Stratak dan Organisasi
Stratak adalah cara menggunakan oranisasi organisasi
untuk mencapai sasaran perjuangan. Garis dari setiap strata harus disesuaikan
dengan kondisi organisasi, kesuksesan strata akan semakin memperkuat
organisasi, begitu juga sebaliknya. Semakin berkurang kekuatan organisasi,
semakin tidak mampu organisasi itu melaksankan stratak yang besar, semakin
kecil stratak yang dapat dilaksanakan oleh organisasi semakin jauh organisasi
tersebut dari tujuan perjuangan politiknya. Stratak tidak mampu berdiri
sendiri, melainkan dia hanya alat pelaksana bagi tujuan ideology.
- Tugas Stratak
Menciptakan, memelihara, dan menambah syarat-syarat
yang akan membawa kepada tujuan (machts-vorming dan machts-aanwending)adalah
tugas stratak. Dengan kata lain, tugas stratak adalah untuk mempertahankan dan
menambah kekuatan serta posisi sendiri, di samping itu juga untuk menghancurkan
dan mengurangi kekuatan serta posisi lawan.
- Dasar-dasar Menyusun Strategi
a)
Menetapkan sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi
dalam jangka waktu tertentu. Sasaran disesuaikan dengan kemampuan oranisasi.
b)
Jangka waktu ditentukan sebagai jangka waktu sekarang
(jangka pendek) dan jangka waktu beberapa tahun ke depan (jangka panjang).
c)
Harus terdapat rencana atau strategi alternative.
d)
Harus dapat menambah kekuatan serta memperkuat posisi.
e)
Harus mampu membentuk opini public (subyektifitas
menjadi objektifitas, sebab mendapatkan dukungan dan sokongan dari kesepakatan
wacana public).
- Dasar-dasar Membentuk Taktik
Dikarenakan taktik merupakan bagian dari strategi maka
dasar bagi strategi berlaku juga untuk taktik. Namun masih terdapat beberapa
dasar yang berlaku untuk taktik,
a)
Fleksibilitas, sikap dan langkah dapat berubah sesuai
dengan kondisi yang terjadi.
b)
Orientatif, evaluative dan estimative, perjuangan
politik tidak mampu melihat hasil atau keberhasilan yang dicapai nanti, sebab
hal tersebut belum terjadi. Namun dengan menentukan langkah, mengira-ngira
(mengorientasikan) serta mengevaluasi keadaan dan kemungkinan yang akan
terjadi, disertai dengan memperhitungkan beberapa hal maka kita akan dapat
melihat bayangan aka nada dan tidaknya kesempatan untuk berhasil.
c)
Kerahasian, strategi harus dirahasiakan, biarlah lawan
meraba apa langkah perjuangan yang akan kita lalui.
d)
Gerak tipu/mengelabuhi.
e)
Lima S; Sasaran, Sarana, Sandaran, Sistem, Saat.
f)
Perpaduan antara Kondisi Objektif dan Kondisi
Objektif, kondisi subjektif mematangkan kondisi objektif, begitu juga
sebaliknya. Antara kedua kondisi ini memiliki hubungan timbale balik yang
saling mempengaruhi.
- Hukum-hukum Stratak
a)
Kwantitas.
b)
Perpaduan antara kwalitas dan kwantitas.
c)
Posisi.
d)
Cadangan.
e)
Kawan, Sekutu dan Lawan.
f)
Divide et impera.
g)
Menyerang adalah pertahan yang terbaik.
h)
Membenarkan segala cara, selama tidak bertentangn
dengan ideology dan membawa akibat yang dapat merugikan diri sendiri.
- Pedoman Mencapai Hasil
a)
Mencegah mudhorat lebih diutamakan dari menarik
manfaat.
b)
Apa yang dapat diselesaikan hari ini, selesaikan,
jangan menunda.
c)
Tidak ada rotan, akarpun jadi.
d)
Hasil dalam perjuangan terletak pada hasilnya sendiri,
tidak ada satupun yang berhasil daripada keberhasilan.
Sehingga dengan Ideopolitor Stratak HMI diharapkan
kader – kader HMI mampu membawa bangsa Indonesia ini menjadi bangsa yang
bermartabat di mata internasional. Sebagaimana tertulis, kemunculan HMI
merupakan kulminasi dari himpitan–himpitan imperialisme Belanda.
Himpitan–himpitan itu menyebabkan ”Keresahan Sosial” bagi Umat Islam, kemudian
menimbulkan ”Protes Sosial Keagamaan” untuk menunjukan kekuatan Islam, yang
ditandai berdirinya HMI 5 Juni 1947. HMI adalah suatu gerakan pembaharuan untuk
membebaskan umat Islam dan bangsa Indonesia dari keterbelakangan. Pemikiran
ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an HMI menampilkan Islam yang bercorak khas
Indonesia. Pemikiran ini akan mendatangkan perubahan, sesuai dengan kebutuhan
kontemporer menuju masa depan Indonesia baru yang dicita-citakan seluruh rakyat
Indonesia, yaitu masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. (Agus Salim
Sitompul, 44 indikator kemunduran HMI, 2008 )
HMI tidak akan pernah terpisah dari Harapan Masyarakat
Indonesia karena HMI terlahir dari Harapan Masyarakat Indonesia, sehingga
formulasi perjuangan HMI-pun adalah formulasi perjuangan bangsa Indonesia.
Tetapi akan berubah ketika HMI tidak mampu menatap reealitas bangsa
Indonesia. Perubahan yang terjadi pada
bangsa Indonesia berbeda sesuai tuntutan zamannya. Hal ini jelas akan
menyebabkan formulasi perjuangan HMI dalam mewujudkan Harapan Masyarakat
Indonesia harus mengikuti perubahan tersebut. Dan saat ini, masalah yang
dihadapi masyarakat pun semakin kompleks terkait tuntutan pemenuhan kebutuhan
dalam segala aspek kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial dan lain-lain yang
semakin sulit dan perlu adanya pemerataan untuk mewujudkan Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia
Boestami El Bamboes
Kabid PAO HmI Cab. Blangpidie