11 Okt 2015

Menggapai Pemikiran Rasulullah SAW

Amat jarang para alim-ulama yang mau mengakui, bahwa wahyu-Nya diturunkan oleh malaikat Jibril, melalui akal-pikiran para nabi-Nya, seperti disebut di dalam kitab suci Al-Qur'an pada ayat-ayat QS.26:192-194, QS.2:97 dan QS.25:32 di atas. Padahal juga banyak ayat-ayat Al-Qur'an, yang menyebutkan “umat yang berakal (menggunakan akal)”, “agar umat berpikir”, “agar umat mengamati, memperhatikan, mencermati, meneliti, mempelajari dan memahami tanda-tanda kekuasaan-Nya”, dsb.
Padahal di lain pihaknya para jin, syaitan dan iblis seperti halnya para malaikat (termasuk malaikat Jibril), justru setiap saat dan secara bersamaan selalu mengikuti, mengawasi dan menjaga para nabi-Nya, pada alam batiniah ruhnya (alam pikirannya). Hal yang persis sama juga terjadi pada setiap manusia biasa lainnya.
"…. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya), melainkan orang-orang yang berakal (menggunakan akalnya)." - (QS.3:7) dan (QS.13:19, QS.14:52, QS.39:9, QS.89:5, QS.5:100, QS.11:78, QS.11:87, QS.26:28, QS.30:28, QS.39:18, QS.12:111, QS.35:37, QS.38:29, QS.38:43, …)
"Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang- orang yang berakal (menggunakan akalnya),", "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): `Ya Rabb-kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksaan neraka." - (QS.3:190-191) dan (QS.20:54, QS.20:128, QS.29:35, QS.30:24, QS.39:21, QS.45:5, QS.2:164, QS.10:24, QS.13:3-4, QS.16:67, QS.16:69, QS.16:11-13, QS.30:21, QS.39:42, QS.45:13, …)
"Dan tidak ada seorangpun akan beriman, kecuali dengan ijin-Nya. Dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya." - (QS.10:100) dan (QS.7:179, QS.22:46, …) “…
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, supaya kamu berpikir," - (QS.2:219) dan (QS.2:266, QS.7:176, QS.16:44, QS.22:15, QS.34:46, QS.37:102, QS.57:17, QS.59:21, QS.67:10, QS.2:242, QS.6:65, QS.6:151, QS.12:2, …)
“… Maka tidakkah kamu berpikir." - (QS.2:44) dan (QS.12:109, QS.3:65, QS.6:50, QS.7:184, QS.10:16, QS.11:51, QS.19:67, QS.30:8, QS.36:62, QS.36:68, QS.37:138, QS.37:155, QS.6:32, QS.21:10, QS.21:67, QS.23:80, …)
"(kitab-Nya) untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang yang berpikir." - (QS.40:54) dan (QS.2:97, QS.3:138, …) "(Aku berlindung) dari kejahatan (bisikan) syaitan, yang biasa bersembunyi,", "yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia," - (QS.114:4-5) dan (QS.7:20, QS.20:120)
"Dan katakanlah: `Ya Rabb-ku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.", "Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau, ya Rabb-ku, dari kedatangan mereka kepadaku`. - (QS.23:97-98)
"Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia, dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih (dekat) kepadanya daripada urat lehernya,", "(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal-perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan, dan yang lain duduk di sebelah kiri.", "Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." - (QS.50:16-18)
Bahwa akal-pikiran dan keyakinan hati-nurani para nabi- Nya justru sangat berperan dalam menilai segala bentuk bisikangodaan- ilham dari para makhluk gaib itu (yang positif-benar-baik dan yang negatif-sesat-buruk).
Dari segala bentuk ilham itulah, ilham yang mengandung nilai-nilai kebenaran-Nya justru berasal dari malaikat Jibril. Dan seperti halnya pada manusia biasa lainnya, justru akal-sehat, hatinurani dan kemauan kuat dari manusianyalah, yang akhirnya bisa memutuskan, bahwa sebagian dari ilham-ilham itu mengandung nilai-nilai kebenaran (kebenaran ‘relatif’ menurut manusianya), sedang sebagian lainnya mengandung nilai-nilai kesesatan. Padahal di lain pihak, hanya ‘akal’ satu-satunya alat pada setiap manusia, yang berkemampuan untuk memilih, mengolah, menilai ataupun memutuskan setiap informasi batiniah (termasuk segala bentuk ilham para makhluk gaib), untuk dianggap sebagai pengetahuan. Sedangkan segala pengetahuan tentang kebenaran ‘relatif’ pada hati-nurani setiap manusia, yang telah membentuk keyakinannya, justru juga hasil olahan ‘akalnya’ sebelumnya. Padahal dari segi ‘zatnya’, para nabi-Nya justru ‘manusia biasa’. 
Padahal Allah Yang Maha Adil mustahil berlaku ‘pilih kasih’ hanya bagi para nabi-Nya (dalam memberikan kenabian), tanpa adanya segala usaha yang setimpal dan amat sangat keras dari para nabi-Nya itu sendiri, untuk meraih kenabian tersebut. "Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku, dan memberikan peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari (Kiamat) ini … - (QS.6:130) "Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu, Rasul di antara (kalangan)mu, yang membacakan ayat-ayat-Kami kepadamu dan mensucikanmu, dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepadamu, apa yang belum
kamu ketahui." - (QS.2:151) dan (QS.2:129) "dan sesungguhnya, telah Kami utus pemberi-pemberi peringatan (rasul-rasul) di kalangan mereka." - (QS.37:72) dan (QS.23:32, QS.49:7, QS.38:4, QS.50:2) "Dan mereka berkata: `Mengapa Rasul ini memakan makanan, dan berjalan di pasar-pasar (sebagaimana manusia biasa lainnya). Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat, agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia," - (QS.25:7) dan (QS.25:20, QS.41:6) "Kami tidak mengutus sebelum kamu (Muhammad), melainkan orang laki-laki, yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. …” - (QS.12:109)
"Dan bagi masing-masing mereka (jin dan manusia), (akan memperoleh) derajat, menurut apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan atas) pekerjaan- pekerjaan mereka, sedang mereka tiada dirugikan (dianiaya)." - (QS.46:19) dan (QS.6:132) "Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat, maka dia tidak diberi pembalasan, melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)." - (QS.6:160) dan (QS.28:84)
"Dan terang-benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Rabb-nya. Dan diberikanlah buku (catatan amal-perbuatan kepada masing-masing umat). Dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi, dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan (dianiaya)." - (QS.39:69) dan (QS.2:281, QS.3:25, QS.3:161, QS.16:111, QS.10:54, QS.17:71) Padahal para nabi-Nya adalah orang-orang yang memang berkeinginan dan berusaha sangat keras, untuk memahami setiap kebenaran-Nya di alam semesta, dengan mengamati, mencermati ataupun mempelajari tanda-tanda kemuliaan dan kekuasaan-Nya. Padahal mereka sangat banyak menyendiri, untuk bisa bertafakur memikirkan segala kejadian di alam semesta. Juga mereka sangat banyak memiliki pengalaman batiniah-rohani-spiritual (termasuk pengalaman berinteraksi dengan para makhluk gaib). 
Sehingga para nabi-Nya adalah orang-orang yang paling tinggi ilmu-pengetahuannya di antara seluruh umat manusia pada jamannya masing-masing, terutama tentang berbagai kebenaran- Nya yang paling penting, mendasar dan hakiki bagi kehidupan umat manusia (hal-hal gaib dan batiniah). Bahkan segala proses perolehan pengetahuan atau wahyu pada para nabi-Nya, justru telah melalui proses-proses yang amat alamiah (melalui akal-pikiran mereka). Serta mereka juga tidak mengetahui segala sesuatu hal, dan hanya menyampaikan hal-hal yang memang benar-benar telah bisa dipahami oleh akalnya saja, secara relatif amat jelas, pasti dan yakin.
"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, seorang rasulpun, dan tidak (mengutus pula) seorang nabi, melainkan apabila ia (rasul atau nabi itu) mempunyai sesuatu keinginan (yang kuat, untuk mengetahui dan menyampaikan kebenaran-Nya). Syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu (namun) Allah menghilangkan apa yang dimaksud oleh syaitan itu, (untuk melindungi rasul atau nabi itu), dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. …" - (QS.22:52)
"Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang- orang yang berakal,", "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): `Ya Rabb-kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksaan neraka." - (QS.3:190-191) dan (QS.2:164, QS.16:11-13,QS.13:3, QS.57:17)
"Katakanlah: `Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu, bahwa aku ini malaikat. Aku tidak mengikuti, kecuali apa yang telah diwahyukan kepadaku`. Katakanlah: `Apakah sama orang yang buta, dengan orang yang melihat`. Maka apakah kamu tidak memikirkan( nya)." - (QS.6:50) "Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu (hai Muhammad), kecuali orang-orang lelaki (para nabi), yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui,", "(tentang) keterangan-keterangan dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur`an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia, apa yang telah diturunkan kepada mereka, supaya mereka memikirkan," - (QS.16:44)
Maka perbedaan antara para nabi-Nya dan manusia biasa lainnya justru hanyalah ‘perbuatan’ dan ‘hasil dari perbuatan itu’, yang telah diusahakannya masing-masing. Bukan pada ‘zatnya’, dan bukan karena Allah telah berlaku pilih-kasih hanya kepada para nabi-Nya. Proses diutus ataupun dipilih-Nya para nabi-Nya, justru suatu proses yang berlangsung amat alamiah. Segala pengetahuan atau kebenaran yang bisa dipahami oleh para nabi-Nya, pada dasarnya juga bersifat ‘relatif’. Namun dari segala hasil usaha mereka yang amatlah keras, justru segala pengetahuan mereka juga bersifat relatif jauh lebih ‘sempurna’, daripada segala pengetahuan pada seluruh manusia lainnya pada jamannya masing-masing, khususnya tentang hal-hal yang paling penting, mendasar ataupun hakiki bagi kehidupan umat manusia (ketuhanan; penciptaan alam semesta dan tujuannya; zat ruh-ruh makhluk-Nya; alam gaib dan alam akhirat, Hari Kiamat; dsb).
Sekali lagi, pengetahuan para nabi-Nya tentang berbagai kebenaran-Nya disebutkan relatif ‘sempurna’, karena relatif amat lengkap (sesuai jamannya), mendalam, konsisten, utuh dan tidak saling bertentangan secara keseluruhannya. Sehingga pengetahuan ‘relatif’ milik para nabi-Nya telah ‘amat dekat’, dari sebagian amat sedikit pengetahuan ‘mutlak’ milik Allah di alam semesta. Juga para nabi-Nya disebutkan bisa ‘amat dekat’ berada di sisi ‘Arsy-Nya (simbol tempat tercatatnya segala pengetahuan atau kebenaran-Nya di alam semesta, bukan tempat kedudukan ‘Zat’ Allah yang sebenarnya). Demikian pula kedekatan malaikat Jibril yang amat cerdas itu, di sisi ‘Arsy-Nya.
"…. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi-Nya, ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.…" - (QS.49:13) "(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi-Nya, dan Allah Maha Melihat segala apa yang mereka kerjakan." - (QS.3:163) dan (QS.9:19, QS.8:4, QS.9:20, QS.10:2) "…. Dan adalah dia (Musa) seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi-Nya." - (QS.33:69) "Dan ia (Ismail) menyuruh ahlinya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diredhai di sisi Rabbnya." - (QS.19:55) "Dia-lah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, …” - (QS.57:4) "sesungguhnya Al-Qur`an itu benar-benar firman(-Nya, yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),", "yang mempunyai kekuatan, dan yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi- Nya, Yang mempunyai `Arsy," - (QS.81:19-20)
"…. Tidak luput dari pengetahuan Rabb-mu, biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar daripada itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." -

(QS.10:61) dan (QS.22:70, QS.27:75, QS.34:3) "…, dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat, Lauh Mahfuzh)." - (QS.50:4) "Dan sesungguhnya, Al-Qur`an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya), dan amat banyak mengandung hikmah." - (QS.43:4) dan (QS.56:77-78, QS.85:21-22) Dan pada akhirnya, ajaran-ajaran agama Islam (kitab suci Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Nabi) pada dasarnya justru sesuatu ‘hasil pemikiran’ Rasulullah nabi Muhammad saw, berdasarkan segala al-Hikmah yang telah dipahami atau diperolehnya melalui perantaraan malaikat mulia Jibril, sekaligus pula sebagai sesuatu bentuk pengajaran dan tuntunan-Nya bagi seluruh umat manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar