12 Mar 2016

Pengamat Politik Waroeng Kupi

Image: Cerita Warung Kopi

Dari titian besi ujung Barat sampai ujung titian besi di selatan, warna warni media sosial dipenuhi pelangi hujatan, cacian, makian dan fitnahan sampai tidak ketinggalan juga ribuan pujian
.

Mulai dari politisi, petani, pengusaha, abdi negara, bahkan mahasiswa semua ikut serta. Pesta raya masih berlangsung lama, negeri ABDYA sudah dipenuhi beragam argumentasi, semua mau menjadi pengamat politik waroeng kupi.

Negeri ini hidup dari ribuan petani yang memberi konsumsi untuk anak negeri. Seharusnya negeri ini di penuhi oleh pengamat ekonomi bukan sok politisi. Karena siapapun di negeri ini hidup dari beras para petani. Seruan ekonomi rakyat seakan sirna diterpa gelombang politik kepentingan. tidak di kota, di desa bahkan sampai di keluarga pun saling adu domba. Inikah cita - cita para pengejar tahta.

Kini Para Ulama dijadikan peraup massa, para syuhada kembali dijadi mangsa untuk meraup asa katanya demi cita-cita mulia, program titipan negara pun seolah2 itu adalah karyanya, dan ada yang berpura2 syiar agama padahal dia sendiri belum tau yang mana mimbar para ulama. Semua ini digelutinya hanya untuk menjual diri kepada anak negeri, yang akhirnya nanti kue dibirokrasi dibagi2 untuk sanak famili.

ABDYA dengan sejuta realita dan dinamika jelas tertulis diwajah warganya. Hanya saja para pengamat belum peka untuk mempelajarinya. Pengamat lebih suka mengadu domba entah untuk kepentingan siapa. Sayangnya ditengah penceklikan ekonomi, para politisi asyik mengurusi kepentingan diri sendiri dan kroni2 bukan membangkitkan energi para pelaku ekonomi.

Jika pengamat di waroeng kupi lebih jeli, pondasi politik ABDYA kuat ketika rakyatnya terpenuhi hajat hidup dan adil ketika mereka singgah ke singgasana para legislatornya.
Kabupaten yang sering disingkat dengan singkatan "ABDYA" ini merupakan kabupaten lahir dari hasil kerja keras para tokoh pendirinya.

Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan bukanlah merupakan ekses dari reformasi pada tahun 1998 semata. Meskipun perubahan pemerintahan nasional saat itu mempercepat pemekaran tersebut, namun wacana untuk pemekaran itu sendiri sudah berkembang sejak sekitar tahun 1960-an.

Kabupaten ini memiliki banyak sebutan di antaranya: Tanoh Breuh Sigupai, Bumoe Teungku Peukan, Bumi Persada, dan sebagainya. kabupaten dengan resmi menyatakan dirinya mandiri pada tanggal 10 April 2002 yang dihimpit oleh dua sungai disetiap perbatasannya [1].

Jika kita tilik dari usianya yang masih balia, tentu ABDYA bukalah sebuah negeri apa2 bukan negeri yang sudah dewasa. Namun dimasa yang masih balia ini ABDYA sudah mampu menunjukkan sikap kedewasaannya dengan dihuni oleh generasi2 yang peka terhadap kemajuan bangsa. Disetiap jengkal tanah ABDYA tetap bersemanyam jiwa2 para pemikir bangsa.

Mungkin bisa saja dari anak bangsa ada kata2 kecewa, tentu bagiku itu hal biasa. Karena negeri ini bukan milik siapa2 tapi milik kita bersama. Harapan yang dulu membara, kini mulai sirna hanya karena kita kurang peka dan belum bisa memberi makna untuk apa ABDYA ada.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar