Image: Cerita Warung Kopi |
Dari titian besi ujung Barat
sampai ujung titian besi di selatan, warna warni media sosial dipenuhi pelangi
hujatan, cacian, makian dan fitnahan sampai tidak ketinggalan juga ribuan
pujian
.
Mulai dari politisi, petani,
pengusaha, abdi negara, bahkan mahasiswa semua ikut serta. Pesta raya masih
berlangsung lama, negeri ABDYA sudah dipenuhi beragam argumentasi, semua mau
menjadi pengamat politik waroeng kupi.
Negeri ini hidup dari ribuan
petani yang memberi konsumsi untuk anak negeri. Seharusnya negeri ini di penuhi
oleh pengamat ekonomi bukan sok politisi. Karena siapapun di negeri ini hidup
dari beras para petani. Seruan ekonomi rakyat seakan sirna diterpa gelombang
politik kepentingan. tidak di kota, di desa bahkan sampai di keluarga pun
saling adu domba. Inikah cita - cita para pengejar tahta.
Kini Para Ulama dijadikan
peraup massa, para syuhada kembali dijadi mangsa untuk meraup asa katanya demi
cita-cita mulia, program titipan negara pun seolah2 itu adalah karyanya, dan
ada yang berpura2 syiar agama padahal dia sendiri belum tau yang mana mimbar
para ulama. Semua ini digelutinya hanya untuk menjual diri kepada anak negeri,
yang akhirnya nanti kue dibirokrasi dibagi2 untuk sanak famili.
ABDYA dengan sejuta realita
dan dinamika jelas tertulis diwajah warganya. Hanya saja para pengamat belum
peka untuk mempelajarinya. Pengamat lebih suka mengadu domba entah untuk
kepentingan siapa. Sayangnya ditengah penceklikan ekonomi, para politisi asyik
mengurusi kepentingan diri sendiri dan kroni2 bukan membangkitkan energi para
pelaku ekonomi.
Jika pengamat di waroeng
kupi lebih jeli, pondasi politik ABDYA kuat ketika rakyatnya terpenuhi hajat
hidup dan adil ketika mereka singgah ke singgasana para legislatornya.
Kabupaten yang sering
disingkat dengan singkatan "ABDYA" ini merupakan kabupaten lahir dari
hasil kerja keras para tokoh pendirinya.
Aceh Barat Daya sebagai
hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan bukanlah merupakan ekses dari
reformasi pada tahun 1998 semata. Meskipun perubahan pemerintahan nasional saat
itu mempercepat pemekaran tersebut, namun wacana untuk pemekaran itu sendiri
sudah berkembang sejak sekitar tahun 1960-an.
Kabupaten ini memiliki
banyak sebutan di antaranya: Tanoh Breuh Sigupai, Bumoe Teungku Peukan, Bumi
Persada, dan sebagainya. kabupaten dengan resmi menyatakan dirinya mandiri pada
tanggal 10 April 2002 yang dihimpit oleh dua sungai disetiap perbatasannya [1].
Jika kita tilik dari usianya
yang masih balia, tentu ABDYA bukalah sebuah negeri apa2 bukan negeri yang
sudah dewasa. Namun dimasa yang masih balia ini ABDYA sudah mampu menunjukkan
sikap kedewasaannya dengan dihuni oleh generasi2 yang peka terhadap kemajuan
bangsa. Disetiap jengkal tanah ABDYA tetap bersemanyam jiwa2 para pemikir
bangsa.
Mungkin bisa saja dari anak
bangsa ada kata2 kecewa, tentu bagiku itu hal biasa. Karena negeri ini bukan
milik siapa2 tapi milik kita bersama. Harapan yang dulu membara, kini mulai
sirna hanya karena kita kurang peka dan belum bisa memberi makna untuk apa
ABDYA ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar