11 Okt 2015

Menggapai Pemikiran Rasulullah SAW

Amat jarang para alim-ulama yang mau mengakui, bahwa wahyu-Nya diturunkan oleh malaikat Jibril, melalui akal-pikiran para nabi-Nya, seperti disebut di dalam kitab suci Al-Qur'an pada ayat-ayat QS.26:192-194, QS.2:97 dan QS.25:32 di atas. Padahal juga banyak ayat-ayat Al-Qur'an, yang menyebutkan “umat yang berakal (menggunakan akal)”, “agar umat berpikir”, “agar umat mengamati, memperhatikan, mencermati, meneliti, mempelajari dan memahami tanda-tanda kekuasaan-Nya”, dsb.
Padahal di lain pihaknya para jin, syaitan dan iblis seperti halnya para malaikat (termasuk malaikat Jibril), justru setiap saat dan secara bersamaan selalu mengikuti, mengawasi dan menjaga para nabi-Nya, pada alam batiniah ruhnya (alam pikirannya). Hal yang persis sama juga terjadi pada setiap manusia biasa lainnya.
"…. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya), melainkan orang-orang yang berakal (menggunakan akalnya)." - (QS.3:7) dan (QS.13:19, QS.14:52, QS.39:9, QS.89:5, QS.5:100, QS.11:78, QS.11:87, QS.26:28, QS.30:28, QS.39:18, QS.12:111, QS.35:37, QS.38:29, QS.38:43, …)
"Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang- orang yang berakal (menggunakan akalnya),", "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): `Ya Rabb-kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksaan neraka." - (QS.3:190-191) dan (QS.20:54, QS.20:128, QS.29:35, QS.30:24, QS.39:21, QS.45:5, QS.2:164, QS.10:24, QS.13:3-4, QS.16:67, QS.16:69, QS.16:11-13, QS.30:21, QS.39:42, QS.45:13, …)
"Dan tidak ada seorangpun akan beriman, kecuali dengan ijin-Nya. Dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya." - (QS.10:100) dan (QS.7:179, QS.22:46, …) “…
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, supaya kamu berpikir," - (QS.2:219) dan (QS.2:266, QS.7:176, QS.16:44, QS.22:15, QS.34:46, QS.37:102, QS.57:17, QS.59:21, QS.67:10, QS.2:242, QS.6:65, QS.6:151, QS.12:2, …)
“… Maka tidakkah kamu berpikir." - (QS.2:44) dan (QS.12:109, QS.3:65, QS.6:50, QS.7:184, QS.10:16, QS.11:51, QS.19:67, QS.30:8, QS.36:62, QS.36:68, QS.37:138, QS.37:155, QS.6:32, QS.21:10, QS.21:67, QS.23:80, …)
"(kitab-Nya) untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang yang berpikir." - (QS.40:54) dan (QS.2:97, QS.3:138, …) "(Aku berlindung) dari kejahatan (bisikan) syaitan, yang biasa bersembunyi,", "yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia," - (QS.114:4-5) dan (QS.7:20, QS.20:120)
"Dan katakanlah: `Ya Rabb-ku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.", "Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau, ya Rabb-ku, dari kedatangan mereka kepadaku`. - (QS.23:97-98)
"Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia, dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih (dekat) kepadanya daripada urat lehernya,", "(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal-perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan, dan yang lain duduk di sebelah kiri.", "Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." - (QS.50:16-18)
Bahwa akal-pikiran dan keyakinan hati-nurani para nabi- Nya justru sangat berperan dalam menilai segala bentuk bisikangodaan- ilham dari para makhluk gaib itu (yang positif-benar-baik dan yang negatif-sesat-buruk).
Dari segala bentuk ilham itulah, ilham yang mengandung nilai-nilai kebenaran-Nya justru berasal dari malaikat Jibril. Dan seperti halnya pada manusia biasa lainnya, justru akal-sehat, hatinurani dan kemauan kuat dari manusianyalah, yang akhirnya bisa memutuskan, bahwa sebagian dari ilham-ilham itu mengandung nilai-nilai kebenaran (kebenaran ‘relatif’ menurut manusianya), sedang sebagian lainnya mengandung nilai-nilai kesesatan. Padahal di lain pihak, hanya ‘akal’ satu-satunya alat pada setiap manusia, yang berkemampuan untuk memilih, mengolah, menilai ataupun memutuskan setiap informasi batiniah (termasuk segala bentuk ilham para makhluk gaib), untuk dianggap sebagai pengetahuan. Sedangkan segala pengetahuan tentang kebenaran ‘relatif’ pada hati-nurani setiap manusia, yang telah membentuk keyakinannya, justru juga hasil olahan ‘akalnya’ sebelumnya. Padahal dari segi ‘zatnya’, para nabi-Nya justru ‘manusia biasa’. 
Padahal Allah Yang Maha Adil mustahil berlaku ‘pilih kasih’ hanya bagi para nabi-Nya (dalam memberikan kenabian), tanpa adanya segala usaha yang setimpal dan amat sangat keras dari para nabi-Nya itu sendiri, untuk meraih kenabian tersebut. "Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku, dan memberikan peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari (Kiamat) ini … - (QS.6:130) "Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu, Rasul di antara (kalangan)mu, yang membacakan ayat-ayat-Kami kepadamu dan mensucikanmu, dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepadamu, apa yang belum
kamu ketahui." - (QS.2:151) dan (QS.2:129) "dan sesungguhnya, telah Kami utus pemberi-pemberi peringatan (rasul-rasul) di kalangan mereka." - (QS.37:72) dan (QS.23:32, QS.49:7, QS.38:4, QS.50:2) "Dan mereka berkata: `Mengapa Rasul ini memakan makanan, dan berjalan di pasar-pasar (sebagaimana manusia biasa lainnya). Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat, agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia," - (QS.25:7) dan (QS.25:20, QS.41:6) "Kami tidak mengutus sebelum kamu (Muhammad), melainkan orang laki-laki, yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. …” - (QS.12:109)
"Dan bagi masing-masing mereka (jin dan manusia), (akan memperoleh) derajat, menurut apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan atas) pekerjaan- pekerjaan mereka, sedang mereka tiada dirugikan (dianiaya)." - (QS.46:19) dan (QS.6:132) "Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat, maka dia tidak diberi pembalasan, melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)." - (QS.6:160) dan (QS.28:84)
"Dan terang-benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Rabb-nya. Dan diberikanlah buku (catatan amal-perbuatan kepada masing-masing umat). Dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi, dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan (dianiaya)." - (QS.39:69) dan (QS.2:281, QS.3:25, QS.3:161, QS.16:111, QS.10:54, QS.17:71) Padahal para nabi-Nya adalah orang-orang yang memang berkeinginan dan berusaha sangat keras, untuk memahami setiap kebenaran-Nya di alam semesta, dengan mengamati, mencermati ataupun mempelajari tanda-tanda kemuliaan dan kekuasaan-Nya. Padahal mereka sangat banyak menyendiri, untuk bisa bertafakur memikirkan segala kejadian di alam semesta. Juga mereka sangat banyak memiliki pengalaman batiniah-rohani-spiritual (termasuk pengalaman berinteraksi dengan para makhluk gaib). 
Sehingga para nabi-Nya adalah orang-orang yang paling tinggi ilmu-pengetahuannya di antara seluruh umat manusia pada jamannya masing-masing, terutama tentang berbagai kebenaran- Nya yang paling penting, mendasar dan hakiki bagi kehidupan umat manusia (hal-hal gaib dan batiniah). Bahkan segala proses perolehan pengetahuan atau wahyu pada para nabi-Nya, justru telah melalui proses-proses yang amat alamiah (melalui akal-pikiran mereka). Serta mereka juga tidak mengetahui segala sesuatu hal, dan hanya menyampaikan hal-hal yang memang benar-benar telah bisa dipahami oleh akalnya saja, secara relatif amat jelas, pasti dan yakin.
"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, seorang rasulpun, dan tidak (mengutus pula) seorang nabi, melainkan apabila ia (rasul atau nabi itu) mempunyai sesuatu keinginan (yang kuat, untuk mengetahui dan menyampaikan kebenaran-Nya). Syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu (namun) Allah menghilangkan apa yang dimaksud oleh syaitan itu, (untuk melindungi rasul atau nabi itu), dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. …" - (QS.22:52)
"Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang- orang yang berakal,", "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): `Ya Rabb-kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksaan neraka." - (QS.3:190-191) dan (QS.2:164, QS.16:11-13,QS.13:3, QS.57:17)
"Katakanlah: `Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu, bahwa aku ini malaikat. Aku tidak mengikuti, kecuali apa yang telah diwahyukan kepadaku`. Katakanlah: `Apakah sama orang yang buta, dengan orang yang melihat`. Maka apakah kamu tidak memikirkan( nya)." - (QS.6:50) "Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu (hai Muhammad), kecuali orang-orang lelaki (para nabi), yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui,", "(tentang) keterangan-keterangan dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur`an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia, apa yang telah diturunkan kepada mereka, supaya mereka memikirkan," - (QS.16:44)
Maka perbedaan antara para nabi-Nya dan manusia biasa lainnya justru hanyalah ‘perbuatan’ dan ‘hasil dari perbuatan itu’, yang telah diusahakannya masing-masing. Bukan pada ‘zatnya’, dan bukan karena Allah telah berlaku pilih-kasih hanya kepada para nabi-Nya. Proses diutus ataupun dipilih-Nya para nabi-Nya, justru suatu proses yang berlangsung amat alamiah. Segala pengetahuan atau kebenaran yang bisa dipahami oleh para nabi-Nya, pada dasarnya juga bersifat ‘relatif’. Namun dari segala hasil usaha mereka yang amatlah keras, justru segala pengetahuan mereka juga bersifat relatif jauh lebih ‘sempurna’, daripada segala pengetahuan pada seluruh manusia lainnya pada jamannya masing-masing, khususnya tentang hal-hal yang paling penting, mendasar ataupun hakiki bagi kehidupan umat manusia (ketuhanan; penciptaan alam semesta dan tujuannya; zat ruh-ruh makhluk-Nya; alam gaib dan alam akhirat, Hari Kiamat; dsb).
Sekali lagi, pengetahuan para nabi-Nya tentang berbagai kebenaran-Nya disebutkan relatif ‘sempurna’, karena relatif amat lengkap (sesuai jamannya), mendalam, konsisten, utuh dan tidak saling bertentangan secara keseluruhannya. Sehingga pengetahuan ‘relatif’ milik para nabi-Nya telah ‘amat dekat’, dari sebagian amat sedikit pengetahuan ‘mutlak’ milik Allah di alam semesta. Juga para nabi-Nya disebutkan bisa ‘amat dekat’ berada di sisi ‘Arsy-Nya (simbol tempat tercatatnya segala pengetahuan atau kebenaran-Nya di alam semesta, bukan tempat kedudukan ‘Zat’ Allah yang sebenarnya). Demikian pula kedekatan malaikat Jibril yang amat cerdas itu, di sisi ‘Arsy-Nya.
"…. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi-Nya, ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.…" - (QS.49:13) "(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi-Nya, dan Allah Maha Melihat segala apa yang mereka kerjakan." - (QS.3:163) dan (QS.9:19, QS.8:4, QS.9:20, QS.10:2) "…. Dan adalah dia (Musa) seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi-Nya." - (QS.33:69) "Dan ia (Ismail) menyuruh ahlinya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diredhai di sisi Rabbnya." - (QS.19:55) "Dia-lah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, …” - (QS.57:4) "sesungguhnya Al-Qur`an itu benar-benar firman(-Nya, yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),", "yang mempunyai kekuatan, dan yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi- Nya, Yang mempunyai `Arsy," - (QS.81:19-20)
"…. Tidak luput dari pengetahuan Rabb-mu, biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar daripada itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." -

(QS.10:61) dan (QS.22:70, QS.27:75, QS.34:3) "…, dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat, Lauh Mahfuzh)." - (QS.50:4) "Dan sesungguhnya, Al-Qur`an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya), dan amat banyak mengandung hikmah." - (QS.43:4) dan (QS.56:77-78, QS.85:21-22) Dan pada akhirnya, ajaran-ajaran agama Islam (kitab suci Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Nabi) pada dasarnya justru sesuatu ‘hasil pemikiran’ Rasulullah nabi Muhammad saw, berdasarkan segala al-Hikmah yang telah dipahami atau diperolehnya melalui perantaraan malaikat mulia Jibril, sekaligus pula sebagai sesuatu bentuk pengajaran dan tuntunan-Nya bagi seluruh umat manusia.

Ideologi Islam Dari Mainstrem Perorangan Manusia

Islam adalah nama agama Allah SWT. Itulah agama yang didakwahkan oleh semua nabi. Bentuknya yang paling sempurna disampaikan kepada umat manusia oleh Nabi terakhir, Muhammad bin Abdullah. Muhammad SAW adalah akhir kenabian. Risalah yang disampaikan oleh Muhammad SAW sekarang di seluruh dunia dikenal dengan nama Islam. Ajaran Islam yang disampaikan melalui Nabi terakhir SAW, ajaran yang merupakan petunjuk abadi dan bentuk paling sempurna dari agama Allah SWT, memiliki ciri-ciri khusus yang sesuai dengan periode agama terakhir. Seluruh ciri khusus ini tak mungkin ada di zaman sebelumnya, di zaman ketika umat manusia masih belum mencapai tahap kematangan. Masing-masing ciri khusus ini merupakan sarana untuk mengenal Islam, dan juga menunjukkan salah satu doktrin pokok Islam. Ciri-ciri khusus ini dapat membantu kita membuat gambar Islam, sekalipun mungkin sedikit tidak jelas. Juga merupakan kriteria untuk menilai apakah ajaran tertentu merupakan bagian atau bukan bagian dari Islam.

Disini kami tidak mengatakan dapat memaparkan semua ciri khusus ini. Namun kami akan mencoba menghadirkan gambar utuh ciri-ciri khusus itu. Kita tahu bahwa setiap ideologi atau sebenarnya setiap mazhab pemikiran yang menawarkan program untuk menyelamatkan, menyempumakan dan menyejahterakan manusia, juga mengemukakan nilai-nilai tertentu dan meresepkan apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang mesti dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan bagi orang seorang atau masyarakat. Setiap ideologi mengatakan apa yang harus terjadi dan apa yang hams dilakukan, dan menggariskan kebijakan umum dan tujuan-tujuan yang mesti dicapai, misalnya menggariskan bahwa setiap orang harus merdeka dan hidup merdeka. Setiap orang harus berani dan tegar dan harus senantiasa membuat kemajuan agar dapat mencapai kesempurnaan. Masyarakat harus dibangun di atas fondasi keadilan, sehingga dapat melangkah maju ke arah kedekatan dengan Allah SWT.

Apa-apa yang harus dan tidak boleh ini tentu saja harus didasarkan pada filosofi yang mampu menjelaskan apa-apa yang harus dan tidak boleh itu. Dengan kata lain, tentu saja ideologi harus didasarkan pada konsepsi tertentu tentang dunia, tentang manusia dan masyarakat, yang menurut konsepsi tersebut dapat dikatakan bahwa ini harus seperti itu, atau itu harus seperti ini, karena dunia atau manusia atau masyarakat adalah seperti ini atau seperti itu. Konsepsi tentang dunia artinya adalah jumlah seluruh pandangan dan interpretasi tentang dunia, tentang manusia dan tentang masyarakat. Tentang dunia, pandangannya misalnya adalah; dunia adalah seperti ini atau seperti itu, hukum yang mengaturnya begini, jalannya begini, di dunia ini yang dikejar bukanlah tujuan ini atau itu, dunia itu ada asal-usulnya atau tidak ada, ada tujuan atau tak ada tujuannya. Tentang manusia, pandangan yang menjadi konsepsi tentang dunia adalah misalnya; apakah manusia memiliki fitrah, apakah manusia itu bebas atau terpaksa, apakah manusia menurut kata-kata Al-Qur'an adalah makhluk pilihan. Tentang manusia, pertanyaannya adalah: Apakah masyarakat ada hukumnya sendiri yang terlepas dari hukum yang mengatur orang seorang? Hukum apa yang mengatur masyarakat dan sejarah? Dan pertanyaan-pertanyaan lain seperti itu. Karena ideologi selalu didasarkan pada konsepsi tertentu tentang dunia, yang menjelaskan kenapa dunia, masyarakat atau manusia seperti ini atau seperti itu, dan menetapkan apa yang harus dilakukan manusia dan bagaimana seharusnya manusia hidup, maka jawaban untuk setiap "mengapa" mendasari konsepsi tentang dunia yang menjadi dasar dari ideologi. Secara teknis, setiap ideologi merupakan semacam "kearifan praktis,w sedangkan setiap konsepsi tentang dunia merupakan semacam "kearifan teoretis." Tentu saja setiap kearifan praktis didasarkan pada teori tertentu. Misalnya, kearifan praktis Socrates didasarkan pada pandangan tertentu Socrates tentang dunia, dan pandangan ini membentuk kearifan teoretis Socrates. Begitu pula hubungan kearifan praktis Epicurus serta lainnya dengan kearifan teoretis mereka. Dan karena berbagai orang memiliki konsepsi yang berbeda mengenai dunia, maka tentu saja ideologi mereka pun beragam. Kini timbul pertanyaan: Kenapa banyak sekali konsepsi tentang dunia, banyak sekali kosmologi? Kenapa satu mazhab pemikiran memandang dunia begini, sedangkan mazhab pemikiran lain memandang dunia begitu? Jawabannya tidak sesederhana pertanyaannya. Sebagian orang bahkan sampai mengatakan bahwa posisi kelas individulah yang menentukan sikap dan pandangan individu tersebut dan yang memberinya kacamata khusus untuk melihat dunia. Menurut teori ini, metode produksi dan distribusi menimbulkan reaksi yang membentuk mentalitas dan pandangan orang seorang dengan cara tertentu, tergantung pada apakah pengaruh metode ini pada orang seorang itu positif atau negatif. Pandangan yang terbentuk ini mempengaruhi penilaiannya dan evaluasinya terhadap segala sesuatu. Maulawi mengatakan “Kalau kita pusing, seluruh rumah terasa berputar Jika kita naik perahu, pantai terasa bersama kita. Kalau kita menderita karena kejadian buruk, dunia terasa menjengkelkan. Jika kita bahagia, segalanya terasa menyenangkan. Kalau kita merasa bagian dari dunia, dunia ini terasa seperti kita”.

Menurut teori ini, orang tak dapat mengklaim pandangannya saja yang benar dan pandangan orang lain salah, karena pandangan itu relatif-relatif saja. Pandangan merupakan hasil dari kontak individu dengan lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. Karena itu pandangan orang dapat dianggap benar sejauh menyangkut dirinya. Namun masalahnya tidak sesederhana itu. Tak ada yang dapat menyangkal fakta bahwa pikiran manusia banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Namun juga tak dapat disangkal bahwa manusia memiliki kemampuan untuk bebas berpikir yang tidak dipengaruhi oleh apa pun. Kemampuan inilah yang oleh Islam disebut fitrah manusia. Masalah ini akan dibahas secara terperinci pada kesempatan lain. Sekalipun pemikiran realistis manusia dianggap tidak independen, namun tetap terlalu dini pada tahap kosmologi ini untuk menyalahkan manusia. Filosof modern, yang telah melakukan kajian saksama atas masalah ini, mengakui bahwa penyebab terjadinya beragam konsepsi tentang dunia harus dicari pada apa yang disebut teori pengetahuan. Para filosof cukup memperhatikan teori ini. Sebagian menyatakan bahwa filsafat, bukanlah kosmologi. Filsafat hanyalah metodologi mencari pengetahuan. Adapun kenapa banyak sekali teori kosmologis, jawabnya adalah karena ada beberapa metode untuk mengenal dunia. Sebagian mengatakan bahwa untuk mengetahui dunia, kita harus menggunakan akal. Sebagian lain berpendapat bahwa dunia dapat diketahui bila kita mendapat pencerahan dan ilham. Jadi ada perbedaan pendapat mengenai metode, sumber dan kriteria untuk mendapatkan pengetahuan tentang dunia. Menurut sebagian pihak, akal sangat terbatas perannya dalam hal ini. Namun menurut sebagian lainnya, peran akal tak terbatas. Pendek kata, ideologi setiap mazhab didasarkan pada konsepsi mazhab tersebut tentang dunia, dan konsepsi ini didasarkan pada teori tentang pengetahuan. Sejauh mana progresivitas suatu ideologi, ditentukan oleh sejauh mana progresivitas konsepsinya tentang dunia, yang pada gilirannya ditentukan oleh sejauh mana progresivitas metode pencarian pengetahuannya. Sesungguhnya kearifan praktis setiap mazhab bergantung pada kearifan teoretisnya, yaitu cara berpikimya. Karena itu setiap mazhab pertama-tama harus menjelaskan cara berpikirnya.

Islam bukanlah mazhab filsafat, dan tidak bicara dalam bahasa filsafat. Islam memiliki terminologinya sendiri. Terminologi Islam dapat dimengerti oleh semua kelas menurut tingkat pemahaman masing-masing kelas. Yang mengherankan adalah meski Islam hanya menyebut masalah-masalah ini di antara subjek-subjek lain, namun dari ajaran-ajaran Islam kita mudah menyimpulkan ideologi Islam dalam bentuk pemikiran praktis, dan konsepsinya tentang dunia dalam bentuk doktrin logis. Cukuplah kita di sini hanya merujuk kepada konsepsi Islam tentang dunia. Kita tak dapat berbicara panjang lebar mengenai berbagai pandangan berharga dari pakar-pakar Islam seperti ahli hukum, filosof, sufi dan pemikir lain mengenai ideologi Islam, konsepsi Islam tentang dunia, dan metode pencarian pengetahuan. Kalau kita membicarakannya panjang lebar, maka dibutuhkan berjilid-jilid buku. Paling banter yang dapat kita lakukan adalah memaparkan, meski tidak lengkap, ciri-ciri khusus utama pandangan Islam mengenai masalah-masalah ini. Kita bisa saja memaparkan-nya dengan lengkap, namun pada kesempatan lain. Ciri-ciri khusus utama pandangan Islam tersebut dipaparkan dalam sub-sub bab berikut: Metode Pengetahuan, Konsepsi tentang Dunia, dan Ciri Khusus Ideologi Islam.

8 Okt 2015

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMA

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Satuan Pendidikan        :  SMA Negeri 1 Blangpidie
Mata Pelajaran              : Bahasa Inggris
Kelas/Semester             : XI / 1
Alokasi Waktu              : 2 x 45 menit ( 1 x Pertemuan )
Topik Pembelajaran      :  Monolog Narrative Text.

A.     Standar Kompetensi
         Mendengarkan
2.                           Memahami makna teks fungsional pendek dan monolog berbentuk narrative dalam konteks  kehidupan sehari-hari.          
B.     Kompetensi Dasar
2.2.            Merespon makna dalam teks monolog yang menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk: narrative.

C.     Indikator Pencapaian Kompetensi
1.    Kognitif
a.    Produk:
-       Siswa dapat mengidentifikasi makna kata yang diperdengarkan.
-       Siswa dapat mengidentifikasi tindak tutur dari monolog berbentuk narrative.
-       Siswa dapat menginterpretasi peristiwa yang didengar pada teks monolog berbentuk narrative.
b.    Proses:
-  Siswa dapat memahami peristiwa yang didengar pada teks monolog berbentuk
narrative.
1.    Afektif
-       Siswa dapat menjawab pertanyaan guru dan /atau siswa lain dengan sopan, bertanggung jawab, dan saling menghargai.
-       Siswa dapat mempraktekkan proses belajar kooperatif, antusias dan fair.
2.    Psikomotor
-       Siswa dapat mengungkapkan makna kata dari teks monolog berbentuk narrative.
-       Siswa dapat melakukan dialog bersama teman atau kelompok menggunakan teks berbentuk monolog berbentuk narrative.
-       Siswa dapat bereaksi pertanyaan -pertanyaan yang berhubungan teks monolog berbentuk narrative yang didengar dengan lafal, gramatika, dan diskusi yang tepat dan lancar.


D.     Tujuan Pembelajaran:
1.    Kognitif
-       Siswa dapat mengetahui makna tindak tutur dari monolog berbentuk narrative.
-       Siswa dapat mengetahui tindak tutur dari monolog berbentuk narrative.
a.    Siswa dapat memahami peristiwa yang didengar dalam percakapan.
2.    Afektif
a. Siswa dapat mengungkapkan makna kata yang didengar dalam percakapan dengan penuh penghayatan.
b. Siswa dapt menjawab pertanyaan guru dan /atau siswa lain dengan sopan, bertanggung jawab, dan saling menghargai.
c. Siswa dapat mengikuti proses belajar kooperatif, antusias dan fair.
3.    Psikomotor
a.       Siswa dapat mengungkapkan makna kata dari percakapan yang diperdengarkan.
-       Siswa dapat menjelaskan makna tindak tutur monolog berbentuk narrative yang didengar dengan lafal, gramatika, dan diksi yang tepat dan lancar.
-       Siswa dapat melakukan dialog dengan menggunakan makna tindak tutur monolog berbentuk narrative bersama teman atau kelompok.

E.     Materi Pembelajaran:
1.      Teks monolog berbentuk narrative. Title “ The Story of Squanto”
F.      Metode Pembelajaran/Teknik:

Three – phase technique

-       Pre listening
-       Whilst listening
-       Post Listening

G.     Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal (10’)
a.    Apersepsi
-     Mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
-     Mengecek kehadiran siswa (nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin).
-     Mengulang sejenak materi yang telah lalu sebagai langkah penguatan siswa tentang materi yang telah dipelajarinya.
b.    Orientasi/Observasi:
-     Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter.
-     Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD
-     Siswa diberikan pre test.
-     Siswa berdiskusi mengenai pertanyaan yang tertera di buku teks.
c.    Motivasi
-     Memotivasi siswa akan pentingnya materi yang akan disampaikan.
Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi guru:
-       Memberikan stimulus berupa pemberian materi monolog berbentuk narrative.
-       Mendiskusikan materi bersama siswa (Buku: Bahan Ajar Bahasa Inggris mengenai monolog berbentuk narrative.
-            Memberikan kesempatan pada peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan mengenai monolog berbentuk analytical exposition
-       Siswa diminta membahas contoh soal dalam Buku: Bahan Ajar Bahasa Inggris mengenai monolog berbentuk narrative.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi guru:
-       Membiasakan siswa membuat teks monolog berbentuk narrative.
-            Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas mengerjakan latihan soal yang ada pada buku ajar Bahasa Inggris untuk dikerjakan secara individual.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi  guru:
-            Memberikan umpan balik pada siswa dengan memberi penguatan dalam bentuk lisan pada siswa yang telah dapat menyelesaikan tugasnya.
-            Memberi konfirmasi pada hasil pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh siswa melalui sumber buku lain.
-            Memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang sudah dilakukan.
-            Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang dan belum bisa mengikuti dalam materi monolog berbentuk narrative.

Kegiatan Akhir (10’)
-       Siswa diminta membuat rangkuman dari materi mengenai monolog berbentuk narrative.
-       Siswa dan Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
-       Siswa diberikan pekerjaan rumah (PR) berkaitan dengan materi monolog berbentuk narrative.
-            Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
H.           Penilaian
2.     Indikator, Teknik, Bentuk, dan Contoh.
No.
Indikator
Teknik
Bentuk
Contoh
1.



2.

Merespon wacana -monolog berbentuk narrative..

Melakukan monolog berbentuk narrative.
Tes Tulis


Unjuk Kerja
question and circle the correct answer.

Presentasi Lisan
Listen to the monolog and answer the questions!

Make a simple dialogue with the problems above and practice it with your partner!

I.             Sumber Belajar dan Media
         a. Sumber Belajar          : Internet
         b. Media Pembelajaran  : - Script monolog berbentuk narrative.

J.    Lampiran:

-       Teks monolog berbentuk narrative.
The Story of Squanto?”
1.    Evaluasi:
Task I: Listen the following story and complete the story with words you heard.

The Story of Squanto

Squanto was a Native American .He was a ________________ of the Patuxet people. They lived in a place we now call Massachusetts. _________ came to North America on a _____________ called the Mayflower. They came from  England. Squanto __________ with them. He knew how to speak English. Squanto was a _____________ . He helped the Pilgrims get to know other Native Americans. Squanto was a __________ . He took the Pilgrims  to the river to _________ fish. He showed the Pilgrims where to ______. Squanto was a ____________ . He taught the Pilgrims how to plant Corn. He put fish into the ¬¬¬¬¬-_________ along with the corn seeds. That made the soil better for growing corn. Squanto was a friend. He showed the Pilgrim children where to find nuts and _________ . Squanto had taught the Pilgrims many things. Soon the Pilgrims harvested their crops. They had corn, ___________, and squash. The Pilgrims ___________ to have a harvest feast. They invited Squanto and other Native Americans. They all ____  ___________ and gave thanks.
Native American         hunt     Teacher            The Pilgrims    Berries
Talked Catch   ate together     Decided          Guide
Ship     ground Member           beans   Helper

Task II: Work in pair. Read the text above with your group and choose the correct answered the questions.

1.         What is the story about?
2.         Who is the main character in the story?
3.         Where is the Pilgrims from?
4.         Why does Squanto suggest to plant the corn with using fish?
5.         What is the moral message in the story ?

2.    Skor dan Rubrik Penilaian:
·      Untuk nomor   1, tiap jawaban benar diberi skor 10
·      Untuk nomor   2, mengikuti rubrik penilaian berikut ini:
No
Uraian
Skor
1.
2.
3.
Isi, langkah retorika dan tata bahasa benar
Isi,langkah retorika dan tata  bahasa kurang tepat
Isi, langkah retorika dan tata bahasa tidak tepat
41 – 50
21 - 40
0  -  20

  Jumlah skor maksimal  : 1. Jika semua jawaban benar (5x10) =   50
                                     : 2. Jika skor maksimal diraih               =   50
Jumlah                         : 100

Mengetahui:                                                                Kuala Batee, 11 Mei 2013
Kepala Sekolah                                                           Guru Mata Pelajaran
SMA Negeri 1 Kuala Batee



Kasman Sinaga, S.Pd                                               Bustami

NIP:                                                                            NIM:09010100