1 Des 2013

WARNA BARU MAHASISWA ACEH


B U S T A M I
K A B I D   P A O
HmI Cab. Blangpidie

  
        Kaum intelektual pemuda, pelajar dan mahasiswa merupakan harapan terjadinya kebangkitan umat. Setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya. Mahasiswa, menurut Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Perubahan Sosial, adalah satu-satunya pengemban amanah yang paling efisien didunia. Kenapa demikian? Sebab, mahasiswa memiliki idealisme tinggi, semangat merealisasikan tujuan perjuangan serta punya kesiapan dan pengorbanan untuk mewujudkannya. Jika semua ini melekat dalam seorang mahasiswa, dialah mahasiswa sejati.

Sekitar tahun 60-an. Walau jumlah kampus masih sangat sedikit, dunia kampus kala itu, tidak hanya bermutu secara intelektual mahasiswa, tapi juga melahirkan mahasiswa bermutu dari sisi semangat bergerak dan berjuang. Mahasiswa yang ada bukanlah generasi mahasiswa yang berjuang karena azas manfaat dan pragmatis. Mahasiswa yang lahir era 60-an ialah generasi mahasiswa yang paham tuntutan masyarakat. Bergerak dalam pergerakan demi terpenuhnya hak-hak rakyat yang tertindas penguasa tirani. Berjuang dengan mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.

Perlu diingat, walau mereka aktif dalam dunia pergerakan mahasiswa, dalam perkuliahan mereka benar-benar mendapatkan ilmu sesuai bidangnya. Namun, ilmu yang dipelajari tersebut bukan hanya ditujukan untuk mendapat nilai dan IPK besar. Sekitar tahun 80-an. Setelah puluhan tahun Indonesia merdeka, aktivitas politik dalam negeri dibungkam habis oleh rezim. Tak terkecuali mahasiswa. Gejolak semangat mahasiswa terpenjara oleh aturan dan kebijakan penguasa. Alhasil, gerakan underground dipilih mahasiswa sebagai jalan terakhir merentas perubahan.

Kini, dunia mahasiswa juga dipenuhi realita yang buruk sekali. Mahasiswa yang sebenarnya kritis dipaksa ‘tidur’. Mahasiswa yang tahu betul dengan kebobrokan rezim dan sistem negeri ini dipenjarakan dengan berbagai kebijakan dan kebijakan dari pihak kampus tempat mereka kuliah. Mahasiswa sekarang hanya mementingkan dirinya tanpa melihat kondisi masyarakat kita sekarang. Mahasiswa yang paham bahwa Islam satu-satunya ideologi yang wajib diadopsi negara justru diopinikan dengan label-label negatif. Intinya, segala kebijakan dibuat agar kebebasan mahasiswa untuk ‘melawan’ lewat kendaraan organisasi-organisasi tertutup rapat. Semua ini dilakukan karena penguasa sadar bahwa semangat mahasiswa dapat membahayakan kelanggengan rezim baik pemerintahan maupun kampus dan sistem yang ada selama ini. Mahasiswa sekarang ‘dipaksa’ untuk menolak ajakan aksi koreksi atas kebijakan penguasa apalagi jika diajak untuk mengikuti kegiatan Islam, ‘dipaksa’ untuk tidak melek politik apalagi ngomong politik.

Maka, sangatlah tepat jika berdakwah menjadi satu-satunya pilihan. Yang dilakukan bukan untuk mengisi waktu kosong. Tapi dilakukan karena mengerti bahwa solusi terbaik menyelesaikan kondisi mahasiswa sekarang hanyalah dengan melakukan gerakan ‘dakwah kampus’ Mengapa harus diperbaiki ? Sebab, posisi mahasiswa menjadi potensi terpendam dalam merespon setiap perkembangan yang berkaitan dengan kemaslahatan umat. Dalam kilasan sejarah, baik pada scope nasional, regional dan internasional urgensi dan daya dobrak yang luar biasa dari mahasiswa sudah menjadi bukti yang cukup membuat orang-orang yang meremehkan potensi mahasiswa akan berpikir beberapa kali sebelum melakukan tindakan konfrontasi dengan mereka. Segala perubahan hanya terjadi lewat tangan-tangan mahasiswa ! Terlepas dari fakta sejarah diatas, setiap generasi menuntut peran yang berbeda dari mahasiswa. Setiap masa ada pejuang dan pemenangnya masing-masing. Setiap era dengan berbagai realitanya akan membagi kelompok mahasiswa, menjadi biasa atau mahasiswa luar biasa. Setiap zaman akan ada pembagian, menjadi pemain ataukah penonton. Menjadi aktivis dakwah kampus atau objek dakwah kampus ? Sungguh, mereka adalah anak zaman yang senantiasa mampu menyesuaikan peran yang harus diembannya, bahkan peran yang sulit sekalipun. Wallohu A'lam Bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar